SELAMAT DATANG DI WEBSITE HAMAM FAIZIN. SEMOGA ANDA MENDAPATKAN APA YANG ANDA INGINKAN. JANGAN LUPA ISI KOMENTAR ANDA ATAU BUKU TAMU. TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA..... Naja, Naila dan Akma...anak-anak lucu dan mungil: Kitab Tafsir “Bermasalah”

Kitab Tafsir “Bermasalah”

Dimuat di buletin Al-Ibroh, Pasca Sarjana IIQ Jakarta.

Oleh: Hamam Faizin

Seorang filusuf berkata: “Semakin banyak masalah yang Anda miliki, maka semakin hiduplah Anda. Sebab hanya orang yang hidup sajalah yang memiliki masalah”
Kata “masalah” akhir-akhir ini memiliki makna yang cenderung peyoratif. Misalnya, M. Mustafa Ya’qub pernah menulis buku dengan judul “Hadis-hadis bermasalah”. Kata ‘bermasalah” ini dialamatkan pada hadis palsu, dhaif dan tidak bisa dijadikan hujjah. Intinya negatif. Kalau misalnya Anda sedang berseteru dengan seseorang, biasanya Anda akan bilang: “Aku lagi bermasalah sama dia.”

Namun, dulu kata itu tidak memiliki makna negatif. Bahkan sebaliknya. Dulu tahun 543/544 H atau 1149/1140 M, nun jauh di desa Ray dekat Taheran, terlahirlah bayi yang kini masyhur dengan nama Fahruddin al-Razi. Ilmunya hangabehi. Ia begitu expert dalam banyak hal. Dia terkenal sebagai tokoh mutakallim (bukan orang yang banyak ngomong tetapi orang yang ahli dalam bidang teologi), filusuf, ahli metafisis dan yang terakhir, yang semua orang tidak bisa menafikannya, adalah mufassir.

Mungkin, dialah mufassir besar dan agung sepanjang sejarah peradaban Islam (SPI). Rupa-rupanya, hal ini disebabkan karena tafsir karya al-Razi adalah tafsir yang “bermasalah”. Tafsir itu berjudul Mafatih al-Gaib (kunci-kunci hal-hal yang gaib) sejumlah 8 volume. Al-Razi begitu besar dan dikenal namanya karena kitab ini. Tak heran jika tafsir ini sering disebut dengan Tafsir al-Kabir (The Great Comementary).

Bermasalah? Bukalah tafsir tersebut, bacalah baris demi baris. Pasti akan anda temukan kata “mas’alah.” Setiap kali al-Razi ingin menjelaskan satu surat, satu ayat, satu kata, satu kasus (kasus balagah, nahwu dan sebagainya), dia selalu memulai dengan kata-kata fihi mas’alah (di dalamnya ada masalah). Bayangkan ! Dalam surat al-Fatihah saja, al-Razi bisa menemukan lebih dari puluhan ribu masalah. Bahkan terkadang dalam satu masalah terkandung beberapa masalah lagi. Dalam kelas, kami (murid-murid yang ngangsu kaweruh di program pasca sarjana IIQ, bersama guru kami, Muslih Abdul Karim) menjulukinya sebagai sahibul mas’alah.

Fihi mas’alah adalah bagian dari kegelisahan akademis al-Razi. Kegelisahan adalah keniscayaan untuk mengantarkan pada kebenaran. Dulu Nabi Ibrahim pun juga gelisah memikirkan siapa Tuhannya, hingga ia menemukan-Nya. Nabi Muhammad gelisah hingga beliau bersendiri di gua-gua dan akhir mendapatkan wahyu.

Kegelisahan itulah yang mendorong ar-Razi menyingkap hal-hal yang jarang diketahui atau yang tak terpikirkan (gaib). Orang akan tersentak dan kaget akan pikiran dia yang begitu “liar” dan reasonable. Kami (kelompok kajian tafsir malam) ketika membaca tafsir itu, senantiasa dikejutkan oleh pernyataan-pernyaannya. Analisisnya begitu panjang dan tajam.

Ar-Razi telah “bermasalah” maka ia hidup. Tidak hanya ketika ia hidup, bahkan setelah meninggal. Maka “bermasalahlah”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar